watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
bercinta dgn mama kawanku

Ini cerita yang kualami kurang lebih 2
tahun yang lalu. Saya adalah seorang
siswa SMU swasta di sebuah kota X,
nama saya adalah Endy dan saya saat ini
berumur 18 tahun. Saya mempunyai
suatu kebiasaan untuk melakukan onani,
yah mungkin satu kali untuk satu hari.
Saya mempunyai seorang teman, bisa
dikatakan dia merupakan teman saya
yang terbaik, karena hampir setiap hari
kami selalu bersama. Saya memang
sering main ke rumahnya dan tentu saja,
saya sering berjumpa dengan
mamanya. Dapat dikatakan mamanya
saat ini kira-kira berusia 36 tahun, tetapi
tubuhnya terlihat bagaikan seorang gadis
yang berusia 20 tahunan. Yah montok
dan padat sekali dan saya memanggil
mamanya Tante Nita. Tentu saja saya
sering melakukan onani dengan
mengkhayalkan mama kawanku ini.
Suatu hari, kami bersama teman-teman
sekolah lainnya akan melaksanakan pesta
barbeque dan tempat kami berkumpul
merupakan rumah dari kawanku ini.
Karena masih menunggu teman kami
yang belum hadir, maka saya bermain di
rumah kawanku ini dengan permainan
dadu dengan yang lainnya. Mungkin
karena kebetulan saya melempar
dadunya terlalu kuat, maka dadu itu
jatuh ke arah kamar mama temanku.
Lalu dengan malas dan ogah-ogahan,
saya bangkit untuk mengambil dadunya.
Tetapi saat akan mengambil dadunya,
saya melihat suatu pemandangan yang
membuat saya sangat terangsang. Saya
melihat Tante Nita hanya memakai celana
dalamnya saja, langsung saja kemaluan
saya terbangun dan saya segera berjalan
keluar sambil berusaha menenangkan
diri. Sambil bermain dadu kembali, saya
mengkhayalkan bentuk
tubuh Tante Nita yang membuatku
sangat terangsang. Tetapi sesaat
kemudian, Tante Nita keluar dari
kamarnya. Dengan serempak, kami
memanggilnya dengan panggilan Tante,
tetapi saya tidak berani untuk
menatapnya, yah mungkin karena saya
malu dan agak sedikit takut mengingat
kejadian tadi.
Karena temanku sudah memanggil,
maka kami menyudahi permainan dadu
kami dan kami mulai bergerak ke luar
rumah. Sesaat sampai di luar rumah,
saya melihat Tante Nita sedang berdiri
sambil memandang ke arahku, lalu dia
menyuruhku untuk menemaninya ke
rumahnya yang lain untuk sekedar
mengambil barang bekas. Dengan
gugup saya menjawab dengan jawaban
"Ya", lalu Tante Nita mengambil kunci
rumahnya dan kami pun berangkat.
Sambil mengikutinya dari belakang, saya
memperhatikan goyangan pinggulnya
dan tentu saja saat ini saya sudah sangat
ingin melakukan masturbasi, tetapi
karena belum memiliki kesempatan,
maka saya diam saja sambil
mengkhayalkan sedang bersetubuh
dengan Tante Nita.
Sesampainya di rumah tersebut, saya
melihat rumah tersebut sudah lama tidak
dihuni, mungkin saja karena Tante Nita
baru saja pindah ke rumah baru.
Kemudian kami pun masuk ke dalam.
Dengan hati-hati saya memperhatikan
sekeliling rumah tersebut. Memang agak
berdebu tetapi masih terlihat kalau
rumah tersebut rapi.
Sesampainya di ruang tengah rumah
tersebut, Tante Nita bertanya kepadaku,
"Apa yang kamu lihat waktu kamu
mengambil dadu yang terjatuh itu
tadi..?"
Dengan terkejut saya menjawab, "Saya
tidak melihat apa-apa, Tante..."
Lalu Tante Nita berkata, "Kamu jangan
bohong, nanti saya laporkan bahwa
kamu berbuat yang tidak senonoh pada
Tante.."
Dengan terbata-bata, saya menjawab
bahwa saya melihat Tante sedang ganti
baju, tetapi saya tidak melihatnya dengan
jelas.
Lalu Tante Nita bertanya lagi, "Apakah
kamu ingin melihatnya sekali lagi..?"
Seperti mendapat durian runtuh, maka
saya menjawab, "Kalo Tante Nita
mengijinkan, saya mau Tante."
Sesaat Tante Nita diam, lalu dia
menyuruh saya untuk mendekat.
Dengan hati-hati, maka saya mendekat
padanya, lalu Tante Nita menarik tangan
saya dan mencium bibir saya. Tentu saja
saya balas dengan ciuman kembali,
sedangkan kedua tangan saya diam saja
karena sesungguhnya saya dalam
keadaan yang sangat tegang.
Berbeda dengan tangan Tante Nita,
tangannya mulai memegang kejantanan
saya dan satunya lagi mulai meremas
pantat saya. Kemudian Tante Nita mulai
membuka resluiting celana saya dan
mulai mengocok kemaluan saya. Saya
merasakan kenikmatan karena tangan
Tante Nita sangat lembut dan sangat
berpengalaman. Karena terbawa
perasaan nikmatnya, mata saya mulai
tertutup dan mulai menikmati permainan
Tante Nita. Belum berlangsung lama
permainan kami, Tante Nita
menghentikan permainannya, tentu saja
hal ini membuat saya keheranan.
Lalu saya mulai berani menatapnya dan
saya bertanya kepadanya, "Tante,
bolehkah saya memegang payudara
Tante..?"
Sambil sedikit tersenyum, Tante Nita
berkata, "Terserah kamu sayang..."
Lalu tangan saya mulai meraba payudara
Tante, tetapi saya merabanya dari luar
saja karena masih tertutup oleh baju dah
BH-nya.
Karena merasa kurang puas, maka saya
bertanya lagi, "Tante, bolekah saya
membuka baju tante..?"
Dengan sedikit kesal, Tante Nita
menjawab, "Kamu boleh melakukan
semua yang ingin kamu lakukan, tubuh
saya sekarang ini adalah milikmu
sepenuhnya."
Dengan terbata-bata saya menjawab,
"Terima kasih Tante..."
Lalu Tante Nita berkata lagi, "Panggil saya
Nita saja, tidak usah lagi sebutkan
Tantenya."
Lalu saya menjawab, "Ya, Tante.., eh,
maksud saya Nita."
Permainan terus berlanjut, saya mulai
membuka kancing baju Tante Nita.
Terlihatlah dua bukit kembar yang indah
sekali, mungkin ukurannya sekitar 36A.
Lalu saya mulai meremas dan mencium
payudara Tante Nita dan Tante Nita mulai
merasakan kenikmatan dan
mengeluarkan suara desahan.
"Uuhhh... ahhh..,"
Saya mulai membuka ikatan BH-nya dan
menyembullah payudaranya. Dengan
liar bibir saya mulai menghisap payudara
yang di sebelah kanan, sedangkan
tangan saya meremas dengan keras
payudaranya yang di sebelah kiri. Saya
terus menghisap puting payudara Tante
Nita kurang lebih 5 menit lamanya.
Kemudian saya melepaskannya dan saya
melihat putingnya sudah berwarna
kemerah-merahan agak hitam.
Kemudian Tante Nita mulai turun dan
berjongkok di hadapan kemaluan saya.
Dengan cepat dia menurunkan celana
jeans saya sekaligus dengan celana
dalam saya, lalu dia pun membuka
mulutnya dan memasukkan kemaluan
saya ke mulutnya. Hal ini membuat saya
terkejut, kemudian Tante Nita mulai
menghisap kemaluan saya dan
memainkannya di dalam mulutnya yang
membuat saya lupa diri. Tangan saya
mulai menjambak rambut Tante Nita dan
kaki saya mulai menjinjit karena saya
merasakan kenikmatan yang hebat.
Kurang lebih 10 menit kemudian, saya
merasakan ada yang mendesak keluar
seperti saat saya sedang melakukan
masturbasi dan saya mulai mengerang,
"Aduh, Tante Nita... saya sampai nih,
uh... uhhh... uuuhhh..."
Dan Tante Nita mulai mempercepat
permainannya dan akhirnya saya
mengeluarkan cairan sperma saya di
dalam mulutnya Tante Nita. Saya
merasakan Tante Nita menghisap habis
seluruh sperma saya dan menelannya.
Dalam sisa-sisa kenikmatan, saya melihat
Tante Nita bangkit dan mencium bibir
saya, yang tentu saja saya balas dengan
ciuman yang hangat dan liar.
Hanya dalam hitungan beberapa detik,
Tante Nita menekan kepala saya dan
saya pun mengerti apa yang diinginkan
Tante Nita. Saya mulai berjongkok dan
Tante Nita berganti posisi dengan
tubuhnya bersandar pada dinding
rumah. Dengan perlahan saya
menurunkan celana Tante, lalu saya
melihat CD warna biru langitnya Tante
Nita dengan segunduk daging yang
menonjol di antara kakinya, selain itu
saya juga melihat CD-nya mulai basah
oleh cairan kemaluannya.
Tante Nita berkata kepada saya, "Endy,
cepat dong... Tante sudah nggak tahan
nih..."
Dengan tenang saya menjawab, "Iya
Nita..," dan saya mulai memeloroti CD-
nya. Saya melihat rambut kemaluan
Tante Nita yang sungguh subur tetapi
terawat dengan rapi.
Sejujurnya, saya sungguh tidak
menyangka keindahan alat kelamin
wanita ini berbeda dengan yang pernah
saya lihat di film-film blue bahkan sangat
berbeda. Dengan perlahan-lahan saya
mulai menyapu kemaluan Tante Nita
dengan lidah saya. Sesudah rambut
kemaluannya basah oleh air liur saya,
saya mulai memasukkan lidah saya di
antara kemaluannya dan saya
menemukan sebuah bijian kecil. Dengan
lidah saya, saya mulai menjilati biji
tersebut, hal ini membuat Tante Nita
mengerang keenakan.
"Endy.. terus.. Tante merasa nikmat
sekali.. ah... ah... uhhh..." desahnya.
Karena merasakan Tante Nita yang mulai
terangsang, maka saya mempercepat
jilatan saya pada bijian tersebut kurang
lebih 6 menit Tante Nita menjerit sambil
memegang dan menjambak rambut
saya.
"Uhhh... Tante sampai nihhh... ayo terus
Ndyyy... ah... ehmmm... nikmat sekali."
Lalu saya melepaskan permainan lidah
saya dan saya melanjutkan dengan
tangan saya yang mulai menggosok dan
mengocok kemaluan Tante Nita karena
saya merasa jijik untuk menghisap air
kemaluan wanita tetapi dengan cepat
Tante menarik kepalaku dan
mengarahkannya kembali ke
kemaluannya. Karena ingin memuaskan
Tante Nita, maka saya mulai memainkan
lidah saya di kemaluan Tante Nita.
Akhirnya Tante mengejang dan
berteriak, "Ahh... ahhh... auuu...
ehmmm... saya sampai.. terus Ndyyy...
uhh... ahhh... aahhh..."
Saya merasakan ada cairan yang keluar
dari kemaluan Tante, maka saya
menghisap seluruh cairan tersebut
sampai kering dan kemudian saya
menelannya.
Karena melihat Tante Nita sedang
merasakan sisa-sisa kenikmatannya
maka saya bangkit dan mencium
bibirnya, sedangkan tangan saya
meremas payudaranya.
Lalu Tante Nita membuka matanya dan
tersenyum nakal sambil berkata, "Endy,
kamu kurang ajar sekali, bahkan dengan
mama kawan baikmu pun kamu berani
berbuat begitu."
Dengan terkejut saya berkata, "Tapi
Tante, saya tidak bermaksud begitu, kan
tante yang..."
Belum selesai saya berkata Tante Nita
memotongnya dan berkata, "Saya tahu
kamu tidak bermaksud begitu tapi kamu
sudah melakukannya jadi ya… nggak
apa-apa deh... tante suka dengan
permainan kamu. Lain kali kamu harus
melakukannya dengan Tante lagi. Kalo
tidak.. Tante akan laporkan kamu sama
yang lainnya!"
Lalu saya tersenyum dan berkata, "Tante
nakal sekali, saya sampai terkejut, tapi
Tante jangan khawatir, lain kali saya akan
melayani Tante lagi, saya janji Nita."
"Kamu harus ingat janji kamu yah...
sekarang kita harus berpakaian kembali,
lalu kamu kembali ke teman kamu... kan
kamu mau barbeque kan..?" kata Tante
Nita kemudian yang sempat membuatku
terkejut seperti sadar kembali kalau kami
sudah meninggalkan acara pesta.
Dengan cepat saya mulai membetulkan
pakaian saya dan merapikan rambut
saya sambil bertanya kepada Tante Nita,
"Tante.., kita sudah pergi berapa lama
sih..? Kalo ketahuan gimana, Tante..?"
Dengan tenang Tante menjawab, "Kamu
jangan khawatir, Tante akan
mengaturnya supaya aman."
Lalu kami pun kembali ke rumah Tante
Nita yang baru meskipun dalan hatiku
masih ada sedikit keraguan.
Sesampainya disana, Tante berkata
bahwa kami membongkar seluruh
rumah untuk mencari kunci lemarinya
sehingga memerlukan waktu setengah
jam. Sambil bernafas lega, saya menoleh
ke arah Tante Nita dan melihatnya
tertawa, sungguh menggoda sekali.
Beginilah awal kisahku dengan Tante Nita
yang merupakan mama dari kawan
baikku. Di pesta barbeque bersama
temanku, saya merasa sangat tidak
tenang bahkan terasa ada yang ingin
dikeluarkan. Akhirnya saya pun
melakukan masturbasi di kamar mandi,
tentu saja sambil mengkhayalkan Tante
Nita. Dalam hati saya tentu saja sangat
ingin untuk melakukannya dengan Tante
Nita, tetapi yah...
Hari ini sudah lewat 2 minggu sejak
kejadian di malam pesta barbeque itu.
Saya sendiri sudah tidak sabar dan
frekuensi onani saya malah semakin
meningkat, bahkan bisa tiga kali dalam
satu hari. Tetapi siang harinya, ketika
baru pulang dari sekolah, sesampai di
rumah dan duduk di kursi sambil
melepas sepatu, saya menggerutu,
"Aduh, hari ini kok panas sekali..."
Tetapi tiba-tiba saya mendengar
pembantu saya berteriak, "Mas Endy ada
telpon tuh..!"
Lalu sambil malas-malasan saya bangkit
dan mengambil telepon sambil
menjawab, "Halo..?"
"Ini Endy yah..?" tanya orang lawan
bicara saya.
Saya jawab, "Iya, disana siapa yah..?"
"Kamu udah lupa yah ama saya..?"
dengan logat memancing.
Karena merasa dipermainkan, saya mulai
emosi dan menjawab, "Disana siapa sih
kalo nggak mo bilang lagi saya tutup
teleponnya nih..!"
"Kok marah sih..? Nanti tante laporkan
kamu lho dan nggak tante kasih kamu
kenikmatan lagi." kata lawan bicara saya
lagi.
Mendengar kata-katanya yang terakhir
tadi, saya jadi teringat dengan kejadian
beberapa hari yang lalu dan saya
langsung menjawab lagi, "Oh, ini Tante
Nita yah..? Sori Tante gua lagi nggak
mood nih... Tante sih main-main aja..."
Lalu Tante Nita berkata "Nggak mood
yah..? Jadi sama Tante juga nggak mood
dong..? Tadinya Tante mo ajak kamu ke
rumah Tante nih, abisnya lagi sepi nih…
tapi nggak jadi deh.."
Dengan cepat saya memotong, "Bentar
dulu Tante, kalo Tante sih gua jadi mood
lagi nih, emang teman saya (maksudnya
anak Tante Nita yang menjadi teman baik
saya) nggak ada di rumah yah..?"
"Kamu tenang aja deh... pokoknya dari
sekarang (saat itu jam 12:30) sampe nanti
sore jam 5 kita aman deh… jadi datang
nggak..?" tanya Tante Nita.
Tentu saja saya menjawab, "Jadi dong
Tante.. bentar lagi saya kesana Tante,
Tante tunggu yah..!"
Setelah itu, saya segera menutup
teleponnya seperti tidak ingin menyia-
nyiakan waktu. Kemudian saya segera
berlari ke kamar dan ganti baju, terus
segera keluar rumah menuju rumah
Tante Nita, karena dari rumahku ke
rumah Tante Nita memerlukan waktu
sekitar 15 menit jalan kaki. Karena ingin
cepat tiba disana, maka saya naik angkot
(angkutan umum perkotaan) saja.
Sesampainya di rumah Tante Nita, saya
segera memutar ke belakang karena
lewat pintu samping rumah Tante Nita
lebih aman dan sepi. Kemudian dengan
perlahan saya mengetuk pintu dan
terdengar Tante Nita menjawab, "Iya,
bentar..." lalu Tante Nita membuka pintu
dan mempersilakan saya masuk.
Di depan saya, Tante Nita berpakaian
kaos oblong dan celana pendek putih.
Berpenampilan seperti itu tentu saja
sama dengan menampakkan BH dan
CD-nya yang berwarna hitam secara
sengaja kepada saya. Dalam pikiran saya
mungkin Tante Nita sengaja membuat
saya terangsang, tetapi saya berusaha
tetap tenang, yah.. stay cool deh
pokoknya.
Setelah itu, Tante Nita menyuruh saya
mengikutinya dan saya pun berjalan.
Tetapi begitu melihat pinggulnya yang
bergoyang, saya tidak tahan lagi, segera
saya menarik Tante Nita dan
menciumnya. Tante Nita pun segera
membalas ciumanku dan tangan saya
segera bergerak untuk membuka
bajunya.
Bersamaan dengan itu, Tante Nita
berkata, "Jangan di sini dong sayang..!"
"Dimana Tante..?" tanya saya.
"Di kamar Tante aja..." kata Tante Nita.
Lalu saya pun segera menarik tangan
Tante Nita dan berkata, "Jadi, tunggu apa
lagi Tante..?"
Setelah sampai di kamar Tante Nita, saya
segera merebahkannya. Di mata saya,
Tante Nita tampak sangat anggun dan
menggairahkan. Dengan tidak
membuang waktu lagi, saya segera
menciumnya dan ciuman saya dibalas
Tante Nita dengan hangat. Sementara itu
tangan saya segera bergerak aktif untuk
meremas buah dada Tante Nita. Tiba-tiba
Tante Nita mendorongku dan dengan
terkejut saya bangkit, tetapi kemudian
Tante Nita segera menarikku dan naik di
atas tubuhku sehingga posisi saya
sekarang adalah Tante Nita di atas tubuh
saya. Saya segera membuka baju Tante
Nita sehingga tampaklah buah dadanya
yang masih dibungkus oleh BH
hitamnya. Saat itu Tante Nita menunduk
sehingga sekarang buah dadanya
tampak di depan mataku dengan sangat
jelas.
Untuk menghemat waktu dan karena
memang saya juga sudah sangat
terangsang, maka saya segera melumat
payudara Tante Nita dan melepas BH
hitamnya.
"Aduh enak sekali, ahhh... uh... sttt..."
desahnya yang menandakan Tante Nita
sudah terangsang.
Karena sudah terangsang maka Tante
Nita segera melepas baju dan celana
saya, sehingga saya hanya tinggal
memakai CD saja. Kemudian saya
berguling ke samping sehingga posisi
saya sekarang di atas Tante Nita, lalu
saya segera merangkak turun dan
melepas celananya sehingga tampaklah
pemandangan di depan wajah saya
sebuah surga kenikmatan yang masih
terbungkus oleh kain hitam. Tanpa
menunggu aba-aba darinya, saya
langsung melepaskan CD-nya Tante Nita
dan tampaklah kemaluan Tante Nita yang
terawat dengan rapi. Sungguh sangat
indah dan berbeda dengan yang
pertama kali saya lihat dulu.
Dengan perlahan saya menjilati
permukaan vaginanya dan Tante Nita
pun segera mengerang.
"Aduh, nikmat sekali... sungguh... geli
tapi... ahhh... uhhh... terus Endy..."
Segera saya menaikkan permainan saya
sehingga tidak lama kemudian Tante Nita
pun menjerit, "Aduh saya sampai
Ndyyy... segera keluar... ahhh..."
Lalu saya segera menghisap bijian di
kemaluan Tante Nita sehingga saat cairan
kemaluan Tante Nita keluar, segera saya
hisap habis dan menelannya.
Dalam sisa kenikmatannya, Tante Nita
berkata, "Endy... biarkan Tante Nita
istirahat yah..? Nanti Tante Nita baru
melanjutkannya kembali."
Saya segera menjawab, "Iya Tante..."
Setelah beristirahat 15 menit, Tante Nita
mulai bangkit dan segera melepas CD
saya. Tampaklah kemaluan saya yang
masih dalam posisi setengah tiang. Tante
Nita segera memasukkannya ke dalam
mulutnya dan menjilatinya. Di dalam
mulut Tante Nita, kemaluanku segera
mengeras hingga dalam posisi yang siap
tempur. Tante Nita sungguh sangat
berpengalaman dalam menjilati
kejantanan pria yang dengan cara
menghisap dan kadang-kadang
mengigitnya dengan perlahan. Hal ini
membuatku sangat terangsang. Karena
sudah tidak tahan lagi, maka saya segera
menarik tubuh Tante Nita ke atas dan
dan membalikkannya.
"Tante Nita, saya sudah tidak tahan lagi,
sekarang saya masukkan yah Tante..?"
tanya saya yang sudah merasa sangat
terangsang.
Tante Nita menjawab, "Terserah kamu
Ndyy.., tapi hati-hati yah soalnya punya
tante udah lama nih nggak digunakan.."
Dengan pelan dan hati-hati saya
mengarahkan kepala kemaluan saya ke
dalam lubang kemaluan Tante. Kepala
kemaluan saya mulai menyentuh bibir
kemaluan Tante Nita, lalu saya
menekannya sehingga kepala kemaluan
saya sudah terbenam ke dalamnya.
Tante Nita segera menjerit, "Aduh... sakit
sekali... pelan-pelan Ndy..."
Tetapi saya sudah tidak perduli lagi, saya
segera melanjutkan aksi saya dengan
menekan kemaluaan saya lebih dalam
lagi dan kepala kemaluan saya juga mulai
terasa perih karena ini adalah pertama
kali saya melakukan hubungan intim.
Saya tetap menekan batang kemaluan
saya sehingga tidak lama kemudian,
seluruh kemaluan saya sudah terbenam
dalam kemaluan Tante Nita.
Tante Nita lalu mengerang, "Aduh sakit
sekali... biarkan tetap di dalam Endy,
aduh... ahhh... ehmmm... uh..."
Setelah terdiam hampir 5 menit, saya
segera menggoyang pinggul saya
dengan naik turun secara berirama dan
Tante Nita pun mengimbanginya dengan
goyangan pinggulnya yang membuat
saya merasa sangat keenakan.
Tante Nita tiba-tiba mengerang secara
tidak jelas, "Aduh... sakit sekali, tapi enak
sekali, terus Endy..."
Saya sudah tidak memperdulikan Tante
Nita dan hanya terus memacu kemaluan
saya untuk mencapai kenikmatan.
Tidak lama kemudian, setelah 8 menit,
saya mendengar Tante Nita menjerit
kembali, "Aduh... saya sampai Ndyyy...
akan segera keluar nih..."
Saya menjawabnya, "Sebentar lagi Nita,
sebentar lagi... saya juga hampir sampai
nih..."
Tidak lama, Tante Nita tiba-tiba
mengejang dan saya merasakan ada
cairan hangat di dalam kemaluan Tante
Nita dan Tante Nita mengerang lagi,
"Aduh... ahhh... aku sampai Endy...
nikmat sekali..."
Tidak sampai disitu, selang beberapa
detik, saya merasa juga ada yang
mendesak keluar dari kemaluan saya dan
akan segera meledak. Rupanya saya juga
telah mencapai kenikmatan dunia dan
saya menjerit,
"Saya sampai Tante eh... ahhh... nikmat
sekali"
Lalu saya segera jatuh dan berbaring di
samping tubuh Tante Nita sambil
merasakan sisa kenikmatan yang telah
kami capai berdua.
Setelah beristirahat, kami melakukannya
lagi 3 kali dalam tempo yang cepat. Tante
Nita dan saya sama-sama mencapai
puncak kenikmatan 3 kali.
Setelah mandi dan pikiran kami sudah
tidak terpengaruh nafsu lagi, Tante Nita
berkata padaku, "Tante Nita minta maaf
Endy... tadi Tante Nita telah merenggut
keperjakaan kamu... sungguh Tante Nita
minta maaf.."
Tetapi saya segera berkata, "Tidak apa-
apa Tante, saya rela kok
menyerahkannya pada Tante, sungguh
saya sangat menyukai permainan tadi.
Tapi Tante Nita harus janji kalo Tante Nita
lain kali harus memberikan kenikmatan
yang sama lagi kepadaku..!"
Sambil tersenyum, Tante Nita berkata,
"Iya... Tante sangat senang dengan
permainan tadi, Tante janji, Tante
bersedia melayani kamu lagi, tapi kamu
juga harus membuat Tante merasa
keenakan seperti tadi.." dan saya
mengiyakannya.
Hubungan kami hampir berlangsung
selama 2 tahun, tetapi kami
melakukannya dengan cara-cara yang
tradisional. Saya maupun Tante Nita tidak
menyukai gaya-gaya yang terlalu berani
seperti gaya anjing maupun yang
lainnya. Hubungan kami sekarang
meskipun belum diputuskan berakhir,
tetapi kami hampir tidak pernah
berjumpa lagi, karena saya sudah
melanjutkan kuliah di luar kota yang
tentu saja dengan anaknya Tante Nita.
Hubungan saya dengan Tante Nita
sampai sekarang tetap menjadi rahasia
kecil kami. Jika saya liburan dan pulang
ke kampung halaman saya, Tante Nita
selalu meminta bagiannya dan saya pun
dengan senang hati melayaninya.
Ini merupakan pengalaman yang saya
alami sendiri. Meskipun banyak yang
kurahasiakan disini, tetapi cerita ini adalah
benar-benar terjadi.


Adult | GO HOME | Exit
1/2905
U-ON

inc Powered by Xtgem.com